04 February 2010

Pentingnya Pendampingan UKM


Kunci penting keberhasilan usaha kecil dan menengah (UKM), sebagaimana diakui para pengusaha, adalah masalah pendampingan, bukan semata-mata jaminan dana. Sementara pendampingan di bidang produksi justru dirasakan minim, termasuk dari pemerintah. Pengusaha akhirnya harus mencari strategi sendiri untuk dapat bertahan.
Industri furnitur antik, misalnya, bukan sekadar memproduksi, tetapi juga membutuhkan pendampingan produksi untuk menciptakan produk dengan nilai tambah berlabel ramah lingkungan dan produk yang asal-muasal bahan bakunya dapat dipertanggungjawabkan kelestariannya.
Selain itu, pendampingan juga dibutuhkan di bidang manajemen keuangan. Zaman semakin susah, mekanisme pembayaran yang dilakukan baik oleh broker maupun pembeli asing harus dilakukan hati-hati.
Untuk memutar usaha, skema pembayaran pemesanan produk bisa dilakukan dengan cara membayar uang muka sebesar 30 persen dari total pembelian. Ketika proses produksi dimulai, tahap pembayaran berikutnya dilakukan sebesar 20 persen. Sewaktu produk sudah jadi, konsumen diminta lagi pembayaran 20 persen. Sebelum barang dikirimkan, sisanya dibayar lunas. Jadi tidak ada beban.
UKM Lebih Butuh Pendampingan
Yogyakarta, Kompas – Munculnya peluang alternatif pembiayaan untuk mendorong sektor riil bukanlah jaminan penggerak ekonomi. Pelaku usaha kecil dan menengah lebih membutuhkan pendampingan daripada sekadar didorong untuk memanfaatkan kredit.
Sejumlah pengusaha binaan lembaga pembiayaan PT Sarana Yogya Ventura (SYV) mengungkapkan hal itu di Yogyakarta. Lembaga yang merupakan salah satu perusahaan modal ventura strategis di bawah PT Bahana Artha Ventura (BAV) ini memiliki 244 perusahaan pasangan usaha (PPU) atau kerap disebut UKM.
Chief Executive PT Djawa Furni Lestari Oki Widayanto yang membidangi furnitur antik mengatakan, modal memang penting. Namun, perajin berorientasi ekspor kini lebih membutuhkan pendamping dalam menciptakan produk dan mempertahankan pasar.
”Kunci penting adalah pendamping. Selama ini perbankan hanya menyediakan dana kredit dengan aturan rumit, tetapi melepaskan begitu saja jatuh dan bangunnya pengusaha yang memanfaatkan kredit perbankan,” kata Oki.
Cari strategi sendiri
Menurut Oki, pendampingan di bidang produksi justru dirasakan minim, termasuk oleh pemerintah. Akibatnya, pengusaha harus mencari strategi sendiri untuk bisa bertahan. Misalnya, industri furnitur antik bukan sekadar memproduksi, tetapi juga menciptakan produk dengan nilai tambah berlabel ramah lingkungan dan produk yang asal-muasal bahan bakunya dapat diper- tanggungjawabkan kelestariannya.
Martini Nurhadi, perajin kerajinan tangan, mengatakan, pendampingan dibutuhkan di bidang manajemen keuangan. Zaman semakin susah, mekanis- me pembayaran yang dilakukan baik oleh broker maupun pembeli asing harus dilakukan hati-hati.
Untuk memutar usaha, menurut Martini, skema pembayaran pemesanan produk bisa dilakukan dengan cara membayar uang muka sebesar 30 persen dari total pembelian. Ketika proses produksi dimulai, tahap pembayaran berikutnya dilakukan sebesar 20 persen.
”Sewaktu produk sudah jadi, konsumen diminta lagi pembayaran 20 persen. Sebelum barang dikirimkan, sisanya dibayar lunas. Jadi tidak ada beban,” kata Martini.
Perajin batako Joko Sriyanto mengatakan, pasar domestik kini menjadi tumpuan. Apabila proyek-proyek infrastruktur seperti perumahan dan jalanan segera berjalan, stok produknya tidak akan menumpuk.

No comments: